Abuyaprof. Dr. Sayyid Muhammad sebagai seorang terkenal sebagai ulama multi disiplin ilmu keislaman. Beliau tidak saja Hafidz Al-Qur'an, namun faqih, ushuli, muarrikh, muhaddits, penyair, dan musnid. Secara nasab beliau adalah ahlu bait. Rantai keilmuan beliau pun bersambung kepada datuknya, Nabi Muhammad saw.
AbuyaSayyid Muhammad Alawi Al-Maliki adalah orang yang super sibuk dengan kegiatan mengajar, mendidik, berdakwah, menulis, bersosialasi dan menemui banyak tamu. Bagi orang seperti beliau, waktu semenitpun sangat berarti sehingga sayang sekali bila digunakan untuk hal sepele. Jangankan Abuya, saya sendiri ketika sibuk dan fokus menulis kadang tidak sempat untuk makan seperti biasa karena dapat
AsSayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki adalah salah seorang ulama Islam dari Arab Saudi, beliau dilahirkan pada tahun 1365H atau 1946 M di kota Mekkah. Beliau berasal dari keluarga Al-Maliki Al-Hasani yang terkenal. Ayahnya adalah As-Sayyid Alawi, seorang ulama terkemuka di Mekkah dan merupakan salah satu penasihat Raja Faisal, raja Arab Saudi.
.
Hari ini, masuk 15 Ramadan 1442. Tepat 17 tahun silam, menjelang waktu sahur 15 Ramadan 1425 bersamaan dengan 10 Mei 2004, salah satu ulama besar kebanggaan Ahlussunnah wal Jama’ah, Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, wafat. Tidak perlu dijelaskan lebih lanjut tentang reputasi keilmuan dan akhlaknya. Para santri kinasih senantiasa menceritakan kenangan indahnya bersama sang guru, baik melalui lisan maupun tulisan. Dua serial buku yang ditulis oleh salah satu santri Abuya Sayyid Muhammad, yaitu Habib Musthofa bin Husain al-Jufri, berjudul Kumpulan Kisah-kisah Indah dan Lucu Petikan dari Ta’lim Mahaguru Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani menjadi kenangan yang asyik atas pribadi Abuya. Yang pasti, kisah indah dan lucu terkait pribadi Abuya mengandung hikmah, juga humor yang cerdas. Misalnya, Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki bercerita pada saat masih menuntut ilmu di Masjidil Haram, terdapat sebuah tulisan yang terpampang di gang-gang menuju Masjidil Haram. Tulisan tersebut berbunyi من اراد المذهب النفيس.....فعليه بمذهب ابن ادريس Artinya Barangsiapa yang menginginkan madzhab fiqih yang baik, hendaklah dia memilih madzhab Ibn Idris Imam Syafi'i. Benar, ini promosi yang ditulis oleh seorang santri bermadzhab Syafi'i. Tujuannya tentu agar para santri memilih madzhab Syafii ketimbang madzhab lain, maupun berguru di halaqah ulama Syafi'iyah. Melihat fenomena ini Abuya berkata seraya bercanda Pasti penulisnya orang Indonesia. Rupaya para santri yang bermadzhab Maliki tidak sreg dengan tulisan di sebuah papan tersebut. Dengan cerdik mereka membuat sebuah plang tandingan’ yang ditaruh di papan yang pro-Madzhab Syafiiyah. Plang ini bertuliskan <كيف لا يكون ذالك....وشيخه الامام المالك؟ Artinya Bagaimana Ibn Idris Imam Syafi'i tidak akan menjadi seperti itu, sementara gurunya adalah Imam Malik? Cerdas dan menggelitik, bukan? Di Makkah, memang ada beberapa keluarga ulama yang memiliki ikatan emosional dengan jaringan santri asal Asia Tenggara. Yang paling kondang, tentu saja trah al-Maliki, asal keluarga Abuya. Sejak buyut hingga cicit, keluarga ini menjadi jujugan para pelajar Indonesia. Sayyid Abbas, buyut; Sayyid Alawi, kakek; Sayyid Muhammad, anak; dan Sayyid Ahmad, cicit. Keluarga ulama yang menjaga kemurnian aqidah dan amaliah Aswaja di tanah Makkah. Ketika masih tinggal di Misfalah, maupun pindah ke Rushaifah, magnet keilmuan keluarga ini tetap mencorong. Selain mengasuh banyak santri asal Indonesia, keluarga al-Maliki juga menerima kunjungan jamaah haji maupun umrah. Bagi saya, keluarga Al-Maliki telah menjadi salah satu pilar terpenting Ahlussunah wal Jama’ah di abad XX hingga saat ini dengan beberapa alasan. Pertama, keluarga ini bukan hanya memiliki sanad, melainkan juga nasab, yang bersambung kepada Rasulullah. Kedua, produktivitas karya yang dihasilkan Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki sehingga ikut memperkokoh keilmuan Aswaja, bukan hanya di Makkah, melainkan juga di berbagai belahan negara di dunia. Tak kurang 40 karya tulis yang dihasilkan. Kajiannya juga lintas keilmuan, baik akidah, fiqih, tasawuf, dan sebagainya. Ketiga, jaringan para alumni. Hai'ah Asshafwah al-Malikiyyah, yang merupakan wadah para santri Abuya Sayyid Muhammad dan Sayyid Ahmad al-Maliki, menjadi simpul terpenting dalam penyebaran faham Ahlussunah wal Jama’ah di dunia Islam, khususnya Indonesia. Buku-buku karya Abuya Sayyid Muhammad dikaji oleh para muridnya, dan disebarkan lagi oleh mereka. Pola semacam ini membentuk jejaring khas yang semakin menguat jika meluas. Coba dicek, di kota dan kabupaten di Jawa dan Madura, hampir bisa dipastikan ada salah satu santri Abuya Sayyid Muhammad yang mendirikan pondok di situ. Keempat, walaupun bermadzhab Maliki, namun Abuya Sayyid Muhammad dan keluarganya tidak pernah memaksakan kehendak bermadzhab ini kepada para santrinya. Mayoritas para alumni tetap bermadzhab Syafi’i ketika pulang ke Indonesia. Artinya, sejak awal keluarga Al-Maliki menanamkan pendewasaan di dalam bermadzhab dan menjadikannya sebagai sebuah keniscayaan bagi para santri. Toleransi dan sikap dewasa di dalam beragama ini menjadi salah satu ciri khas dari keluarga Al-Maliki ini. Kelima, relasi unik antara bapak dengan anak. Misalnya, KH Ali Imron, Lamongan, dulu berguru kepada Abuya Sayyid Muhammad. Kemudian, putra Kiai Ali, yaitu Gus Alawy Ali Imron, juga berguru kepada Abuya Sayyid Muhammad meski beberapa bulan saja karena ulama ahli hadits ini wafat, dan kemudian beristifadah kepada Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad Alawi. Contoh lain, antara mertua dan menantu. KH A Sadid Jauhari, Pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah Kencong Jember, mendapatkan menantu bernama KH Sholahuddin Munshif. Keduanya merupakan murid Abuya Sayyid Muhammad. Contoh berikutnya yang lebih spesial, KH Maimoen Zubair berguru kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki. Putra Mbah Moen, yaitu KH Najih Maimoen dan KH Abdur Rouf Maimoen, berguru kepada Sayyid Muhammad, putra Sayyid Alawi. Sedangkan putra bungsu Mbah Moen, yaitu Gus Idror, berguru kepada Sayyid Ahmad, putra Sayyid Muhammad. Komplit, betul! Mbah Moen masih menjumpai tiga generasi terbaik ulama Makkah, dan beristifadah dengan silsilah emas ini. *** Selain keluarga Al-Maliki, ada juga keluarga Al-Yamani yang diwakili oleh Syekh Ismail Zein al-Yamani, dan sekarang kiprahnya dilanjutkan oleh Syekh Muhammad, putranya. Di antara murid Syekh Ismail Zein al-Yamani yang produktif menulis kitab adalah KH Thoifur Ali Wafa, Ambunten, Sumenep. Jaringan murid Syekh Ismail juga menyebar di Indonesia. Syekh Muhammad, putranya, juga sering berkunjung ke berbagai pesantren di Tanah Air. Selain dua keluarga di atas, ada lagi keluarga ulama yang menjadi rujukan dan jujugan pelajar tanah air, khususnya sejak awal abad XX. Di antaranya keluarga Sayyid Muhammad Syatha' Addimyathi. Syaikh Abdus-Syakur, salah seorang ulama asal Surabaya yang menurut Snouck Hurgronje punya reputasi keilmuan setara dengan Syekh Nawawi al-Bantani, menjadi menantunya. KH M Hasyim Asy'ari mengaji kitab al-Hikam Al-Athaiyah kepada Syekh Abdus-Syakur ini. Adapun putra Sayyid Muhammad Syatha', yaitu Sayyid Bakri Syatha, pengarang Hasyiah I'anah al-Thalibin 'ala Fath al-Mu'in yang sangat populer di kalangan pesantren di Nusantara, punya juru tulis keturunan Banjar. Syekh Ali bin Abdullah bin Mahmud bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, inilah yang menurut sebagian pendapat menjadi sekretaris Sayyid Bakri Syatha' manakala menulis masterpiecenya. Demikian kuatnya ikatan emosional keluarga ini dengan jaringan pelajar Nusantara, ketika Syekh Mahfud at-Tarmasi wafat pada 1919, dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Syatha' Addimyathi ini. Keponakan Sayyid Bakri Syatha', yaitu Sayyid Hamzah Syatha', bahkan hijrah dan berdakwah di Sedan, Rembang, Jawa Tengah. Selain Al-Maliki, Al-Yamani, dan Syatha' Addimyathi, ada juga keluarga Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Syafi'iyah di Makkah di era 1860-an yang punya sejarah khusus dengan jaringan ulama Nusantara. Kapan-kapan saya ulas, insyaallah. Wallahu a'lam bisshawab. Rijal Mumazziq Z adalah Rektor Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Inaifas Kencong, Jember dan mahasiswa program doktor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
About The BookThis book, considered one of the best about the sublime nature of the Prophet Muhammad, peace and blessings be upon him, comes at an important time when from an Islamic point of view – the prevailing secular consumerism in the West has given birth to an immorality – where even the elect of Allah’s creation – the Prophets and Messengers, may the peace and blessings of Allah be upon them, are not safe from being openly mocked or their lives ridiculed. In the East despotic rulers, the lack of leadership, external interference and sectarian division has opened up chasms of is in this atmosphere that this phenomenal book Muhammad the Perfect Man’ written by the leading Islamic scholar of recent times –Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki al-Hasani, is presented to the general readership in English for the first book ranks among the most important works of the author who writes with great erudition and love about the perfection of the last of the Messengers, Muhammad peace and blessings be upon him, sourcing every point from Islamic sources. The book starts with the perfection of the noble lineage of the Prophet, followed by the perfection of his physical form and discusses in detail the perfection of the Muhammadan heart. In the 300 pages that follow the Perfection of the Prophetic attributes are listed in detail - ranging from the perfection of the Prophetic knowledge, justice, mercy, humility, leadership, courage, generosity, patience, loyalty, wisdom, oratory and forbearance to name but just a few. The author contends from a traditional Islamic point of view that the message of Islam can only be perfect if the bringer of that message is himself author catalogues the Prophetic Perfections in great detail and provides scriptural evidence with meticulous scholarly serves as a timely reminder to the characteristics of the greatest human being that ever lived, and presents an insight into the noble Prophetic way, the behavioural code of conduct – the Sunna – of the Perfect Man, that he, may the peace and blessings of Allah be upon him, left behind for all peoples for all book is further augmented by Khalid Williams’ lucid and exemplary translation adding depth, breadth, clarity and making this within easy reach of the English speaking book is a modern day classic in the Arabic language – with it’s translation it is set to becomes the same in The AuthorThe author, Sayyid Muhammad son of Sayyid al-Maliki 1367 AH/1944 CE — 1425 AH/2004 CE, is an Idrisi Sharif whose ancestors emigrated to Mecca from Morocco. His father Sayyid 'Alawi was one of the most eminent and popular scholars of Mecca, as had been his grandfather, Sayyid 'Abbas. He was raised in a house of knowledge and spirituality and received tuition in all branches of Islamic knowledge from his father and then from the most eminent scholars in Mecca, Jeddah, and Medina at that was taught to love and respect people of high spiritual rank and became deeply attached to the great saints of his time, such as Habib 'Abdal-Qadir al-Saqqaf, Habib Ahmad Mashhur al-Haddad in Jeddah, Sayyid Hasan Fad'aq and Sayyid Muhammad Amin Kutbi in Cairo he received special attention from masters such as Shaykh Salih al-Ja'fari, the leading Malik' scholar of Egypt at the rime, Shaykh al-Hafiz al-Tijani, the well known traditionist, and Shaykh Abdul Halim Mahmud, rector of al-Azhar University. He made special trips to Upper Egypt to visit the great Shaykh Ahmad Ridwan. He also had connections with numerous masters in Syria, Lebanon, Iraq, Morocco, India, and Pakistan. Sayyid Muhammad became the foremost Sunni scholar of the Hijaz of his time.
Foto Sayyid Muhammad Al Maliki - As-Sayyid Muhammad bib Alawi Al Maliki Al Hasani adalah ulama besar asal saudi arabia. beliau merupakan salah satu ulama ahlussunnah wal jamaah terbesar pada zamannya. sayyid muhammad al-maliki bersama dengan ayahnya sayyid alawy adalah guru dari ulama ulama ahlussunnah di indonesia. oleh murid-muridnya beliau biasa dipanggil dengan sebutan abuya. Ulama ulama besar di tanah air seperti pendiri NU kyai hasyim asyari dan mbah maimoen zubair adalah murid dari sayyid alawy yang merupakan ayah dari sayyid muhammad al-maliki. setelah ayahnya meninggal, sayyid muhammad lah yang menjadi penerusnya, murid muridnya berasal dari seluruh penjuru dunia termasuk dari indonesia. Sayyid muhammad maliki menjadi rujukan ilmu bagi santri santri tanah air selepas wafatnya sang ayah sayyid alwi. beliau juga sangat produktif dan telah menulis banyak sekali kitab kitab ilmu, ini sekaligus menunjukkan ketinggian ilmu yang beliau miliki. Banyak sekali sebenarnya yang penulis ingin jabarkan, namun kita kembali pada fokus utama yaitu mengenai kumpulan foto abuya sayyid muhammad bin alwi al-maliki. so langsung saja berikut ini koleksi galeri foto Assayyid muhammad maliki lengkap update terbaru yang kami kumpulkan dari berbagai sumber . . . Foto Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Sekian artikel tentang koleksi 40+ gambar dan foto as-sayyid muhammad bin alwi al maliki, seorang pejuang ahlussunnah wal jamaah abad ini. bagi yang ingin mendownload dan meyimpannya untuk dijadikan wallpaper tinggal anda klik kanan pada foto, lalu pilih save as. semoga bermanfaat dan bisa menjadikan kita semakin cinta kepada para ulama.
putra sayyid muhammad al maliki